Berbahaya atau Tidak Film Pendek Tilik?

Beberapa orang menganggap film pendek Tilik berbahaya. Kenapa seperti itu? Baca ulasan berikut ini!

Film pendek Tilik ini digarap oleh sutradara Wahyu Agung Prasetyo. Awalnya, beliau mendapat ide untuk film ini dari perbincangan sutradara dan penulis naskah, Bagus Sumartono, di salah satu angkringan di Yogyakarta.

Film yang berdurasi selama 32:34 itu diproduksi tahun 2018 oleh Ravacana Film, mengangkat kisah ibu-ibu di kampung, Bantul, pergi menjenguk bu lurah yang sedang dirawat di rumah sakit kota menggunakan Trek (Truk). Namun, film pendek tilik ini baru-baru tenar di bulan Agustus 2020.

Setelah menonton film ini, ada beberapa yang menganggap film ini berbahaya. Karena film ini berisi ibu-ibu yang ghibah sepanjang jalan di dalam truk, menceritakan Bu Tejo sebagai biang gosip yang membahas topik mengenai Dian, si kembang desa, menjelek-jelekkannya. Beberapa orang juga memandang jika film ini mendukung bahwa ghibah itu dibenarkan, termasuk membenarkan adanya perebut laki orang.

Meski begitu, sebagian orang memandang dari sudut yang berbeda. Seperti halnya menganggap kalau film ini menunjukkan kisah nyata, tentu tidak merasa film ini berbahaya. Penonton membenarkan bahwa kejadian-kejadian yang disajikan dalam film tersebut sudah biasa terjadi. Jadi, penonton tetap menikmati alur cerita tersebut.

Film Tilik ini viral karena sikap Bu Tejo yang begitu cerewet saat sedang bergosip. Tidak hanya cerewet, tetapi perhatian penonton tertuju pada lambe (bibir) Bu Tejo yang cukup berlebihan. Karena hal itu, banyak yang membuat meme dengan karakter Bu Tejo.

Banyak yang berpendapat bahwa karakter seperti Bu Tejo sudah biasa, tukang ghibah, tukang pamer. Hal itu membuat cerita terasa flat atau hambar karena lebih banyak fokus ke Bu Tejo yang menggosipkan Dian. Selain itu, di dalam cerita banyak yang mendukung Bu Tejo bergosip, dan hanya satu yang menentang. Dari situ penonton merasa bahwa Bu Tejo yang paling benar.

Di lain sisi penonton, banyak juga yang menganggap karakter Bu Tejo unik. Selain cerewet juga berani, terutama menghadapi polisi, yang bisa menggerakan ibu-ibu satu truk. Beberapa penonton merasa terhibur dengan adanya karakter ibu cerewet tersebut.

Bagi yang menganggap film ini berbahaya dikarenakan merasa bahwa tidak terdapat pesan moral yang bisa diambil dari kisah Tilik ini. Mereka beranggapan film ini isinya kebanyakan ghibah, meski yang digosipkan benar adanya, tetapi tetap saja membicarakan orang lain bukanlah hal yang baik.

Namun, bagi yang menikmati film ini menganggap sebagai film yang cukup menghibur. Terdapat pesan moral atau tidak, penonton tidak mau ambil pusing untuk memikirkan itu. Penonton fokus dengan karakter Bu Tejo dan gosipnya. Mereka merasa kembali ke suasana kampung halaman, terutama yang tinggal sama persis seperti dalam film, Bantul.

Apapun pendapat penonton mengenai Tilik, suksesnya film ini karena karakter kuat dari Bu Tejo yang diperankan Siti Fauziah. Meski berbeda pendapat, penonton harus bisa mengapresiasikan adanya film ini yang mengangkat tradisi tilik (menjenguk) orang sakit beramai-ramai.

Sedangkan film Tilik berbahaya atau tidak itu tergantung bagaimana penonton memandang dari sudut mana mengenai film ini. Bebas berpendapat mengenai kekurangan dari film ini, tetapi tidak harus sampai menjatuhkan karena sutradara atau penulis skenario juga mengangkat cerita dari kejadian nyata.

Bagi yang mendukung film ini, tidak harus mengikuti apa yang dilakukan karakter-karakter dalam film pendek Tilik. Gunakan pikiran yang sehat agar tidak tersesat, dan anggap jika film ini sebagai hiburan semata. Bukan berarti setelah menonton ini jadi biang gosip, ya! 

No comments:

Powered by Blogger.