"Ratapan orang-orang yang masih hidup merupakan lagu bagi mereka yang sudah tewas.
Begitulah pemikiran Eragon sewaktu melangkahi mayat Urgal yang terpuntir dan hancur, mendengarkan tangisan para wanita yang mengangkut orang-orang terkasih mereka dari lantai Farther Dûr yang berlumpur darah."
Judul: Eldest (Yang Pertama)
Penulis: Christopher Paolini
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbitan: Cetakan Keenam, 2009
Tebal Buku: 760 halaman; 23 cm.
ISBN 10: 979-22-1718-5
ISBN 11: 978-979-22-1718-6
EISBN: 978-602-06-0504-3
Kau boleh melakukan apa pun yang kauinginkan. Para anggota Dewan bodoh kalau menganggap mereka bisa mengendalikan dirimu. Kau pahlawan bagi kaum Varden dan para kurcaci, bahkan para elf pun akan memuji kemenanganmu atas Durza sewaktu mereka mendengarnya. Kalau kau menentang Dewan atas diriku, kami terpaksa mengalah, karena orang-orang akan mendukungmu dengan segenap hati. Sekarang ini, kau orang yang paling berkuasa di antara kaum Varden. Tapi, kalau kau menerima kepemimpinanku, aku akan melanjutkan jalan yang sudah dibentangkan Aljihad: kau akan pergi bersama Arya kepada para elf, untuk dilatih di sana, lalu kembali ke kaum Varden.
Novel Eldest karya Christopher Paolini ini merupakan kelanjutan dari novel Eragon. (Baca review novel Eragon di sini). Dalam novel ini, penulis menceritakan kisah Eragon setelah mengalahkan Shade dan sepasukan Urgal.
Penulis mengangkat karakter Eragon sebagai pahlawan yang memiliki kelemahan karena bekas tebasan pedang dipunggungnya. Luka itu dibuat semacam kutukan yang sering menyulitkan Eragon karena merasakan sakit yang tiba-tiba.
Novel ini berkembang dari novel sebelumnya, di mana penulis menceritakan kisah dari dua tokoh, perjuangan Eragon yang mendapat tugas untuk berlatih bersama elf dan perjuangan Roran—sepupu Eragon—yang membawa penduduk Carvahall menuju Surda karena serangan Ra'zac. Sehingga novel ini kisahnya lebih panjang dan menarik.
Yang lebih mengagumkan dari novel ini, saat Eragon dan Shapira—naga milik Eragon—latihan bersama elf, selain mengisahkan kehidupan elf yang unik, juga pembahasan menarik yang diangkat mengenai kehidupan, kepekaan, logika, insting, naruli, dan cinta.
Kalau dianalisis secara terpisah, menjadi orang yang baik bukanlah jaminan kau akan bertindak dengan baik, yang mengembalikan kita pada perlindungan yang kita miliki terhadap para penipu dan kesintingan orang banyak, dan pembimbing kita yang paling pasti menjalani badai kehidupan yang tidak pasti: pikiran yang jelas dan beralasan. Logika tidak akan pernah mengecewakan dirimu, kecuali kau tidak menyadari—atau sengaja mengabaikan—konsekuensi tindakanmu.
Saya salut sama penulis yang bisa membuat kisah semenarik ini, penjelasannya cukup detail, world buildingnya juga keren. Selain itu, penulis juga menambahkan kisah bersejarah melalui dialog-dialog dan latar. Sejarah kurcaci, sejarah elf, sejarah kaum Varden, dan sejarah naga dan penunggang.
Novel ini sangat saya rekomendasikan untuk pecinta genre fantasi, historikal, dan aksi. Pembaca akan takjub karena banyak pembahasan yang menarik, tidak sekedar pertarungan antar kaum.
Rate: 4.5/5
No comments: