3 Pahlawan Nasional Wanita yang Mengharumkan Nama Indonesia




Pahlawan Nasional merupakan gelar penghargaan yang paling tinggi di Indonesia. Gelar anumerta merupakan gelar yang diberikan kepada orang yang sudah meninggal. Gelar ini diberikan Pemerintah Indonesia sebagai perbuatan nyata yang sangat berjasa dan juga patut untuk diteladani bagi masyarakat. Terdapat Pahlawan Nasional wanita yang menjadi teladan bagi wanita Indonesia.
Di Indonesia sudah tercatat sekitar 159 tokoh pahlawan. Di antara jumlah tersebut juga terdapat pahlawan nasional wanita. Berikut beberapa pahlawan nasional wanita yang mengharumkan nama Indonesia:

1. Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien lahir pada hari Selasa, Januari 1848 di Lampadang, Aceh. Cut Nyak Dhien merupakan keturunan keluarga bangsawan yang agamis. Keturunan langsung Sultan Aceh, yaitu Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang VI Mukim.

Suami Cut Nyak Dhien, Teuku Ibrahim gugur dalam perang melawan Belanda di Gle Tarum, 29 Juni 1878. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien marah besar. Cut Nyak Dhien juga bersumpah akan menghancurkan Belanda dan melanjutkan perjuangan suaminya untuk memimpin perang.

Beberapa ulama yang ditahan bersama Cut Nyak Dhien menyadari bahwa Cut Nyak Dhien merupakan seorang muslimah yang ahli dalam ilmu agama islam, sehingga ia dijuluki sebagai “Ibu Perbu”. Kegiatan Cut Nyak Dhien memberikan pengaruh besar di Sumedang, beliau mengajarkan agama islam. Cut Nyak Dhien diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Wanita Indonesia.

2. Cut Nyak Meutia

Cut Nyak Meutia lahir di Keureutoe, Pirak, Aceh Utara pada tahun 1870. Cut Nyak Meutia merupakan wanita yang mempunyai semangat juang tinggi, serta tekad yang kuat untuk mengusir penjajah.

Cut Nyak Meutia melawan Belanda bersama suaminya, yang lebih dikenal dengan Teuku Tjik Tunong. Pada Maret 1905, Teuku Tjik Tunong ditangkap oleh pihak Belanda, lalu dijatuhkan hukuman mati di tepi pantai Lhokseumawe.

Cut Nyak Meutia tetap melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama dengan pengikutnya. Atas segala jasa-jasanya, pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional Wanita Indonesia. Kisah heroiknya yang membakar semangat masyarakat Indonesia dalam melawan Peristiwa G30S/PKI 1965.

3. Raden Ajeng Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, 21 April 1879 yang diperingati sebagai Hari Kartini pada tanggal tesebut. Sebagai bentuk menghormati segala jasa-jasanya pada bangsa Indonesia.

Kartini merasakan banyak yang melakukan diskriminasi antara pria dan wanita.  Di mana ia dan perempuan lain tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Bahkan ada beberapa perempuan yang tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan sama sekali.

Kartini suka menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda, salah satunya adalah Rosa Abendanon. Timbul keinginan Kartini untuk memajukan perempuan pribumi seperti perempuan Eropa, karena saat itu perempuan pribumi berada di status sosial yang rendah. Abendanon membukukan seluruh surat itu dan diberi judul Door Duisternis tot Licht yang artinya “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”, terbit pada tahun 1911 dalam bahasa Belanda. Atas perjuangannya, pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional Wanita Indonesia.

Perjuangan Pahlawan Nasional Wanita Indonesia tersebut patut untuk diteladani dan dikenang. Keberanian mereka pantas diakui oleh negara. Mereka menjadi teladan yang gigih dan pantang menyerah. Meskipun sudah meninggalkan dunia, nama mereka masih terus hidup dalam tokoh pahlawan Indonesia. Mereka Pahlawan wanita yang mengharumkan nama bangsa Indonesia. Indonesia pun bangga memiliki wanita-wanita hebat seperti mereka. Sebagai wanita juga harus ikut berjuang melawan ketidakadilan.

No comments:

Powered by Blogger.