"Ikut aku!" teriak Eragon. Ia mengangkat Brisingr ke atas kepala, memegangnya tinggi-tinggi agar semua orang bisa melihat. Pedang biru itu berkilat terang dan memancarkan cahaya berwarna-warni, tampak mencolok dilatarbelakangi awan hitam yang bergulung-gulung di barat. "Demi Varden!"
Judul: Inheritance (Warisan)
Penulis: Christopher Paolini
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbitan: Cetakan Pertama, 2012
Tebal Buku: 920 halaman; 23 cm.
ISBN: 978-979-22-8499-7
Maka kau tidak perlu merasa malu. Kalau kau bisa menghentikannya, maka kau mungkin akan kehilangan rasa hormatku. Tapi kau sudah melakukan apa pun yang bisa kaulakukan, dan ketika kau tidak bisa melakukan apa-apa lagi, kau berdamai dengan takdirmu, dan kau tidak melawannya tanpa guna. Itu adalah kebijakan, bukan kelemahan.
Novel ini merupakan bagian terakhir dari seri novel Eragon. Novel keempat yang ditulis oleh Christopher Paolini ini mengisahkan perjalanan Eragon yang berjuang untuk melawan Raja Galbatorix.
Namun, sebelum terjadinya perang melawan Raja Galbatorix, penulis membuat Eragon menemukan banyak rahasia-rahasia, yang cukup menegangkan bagi pembaca. Perjalanan yang penuh konflik dan misteri.
Memang tidak berima, tapi kau tidak bisa berharap aku menciptakan sajak sempurna secara mendadak. Aku membayangkan teka-teki seperti itu bakal membuat sebagian besar orang menggaruk-garuk kepala kebingungan.
Konflik yang disajikan dalam novel keempat lebih sengit dari novel sebelumnya Brisingr (review baca di sini), dan penulis membuat pembaca semakin tegang karena tokoh berada dalam bahaya, lebih berbahaya dari series sebelumya.
Penulis menyajikan cerita sangat apik, sehingga bisa memunculkan kejutan-kejutan yang dirahasiakan dari novel kedua Eldest (review baca di sini), serta memunculkan sesuatu yang menarik saat beberapa tokoh mengalami hilang ingatan tiba-tiba ketika Eragon menyebut nama tempat.
Yang tidak disangka, penulis membuat pertarungan Eragon dengan Galbatorix di luar tebakan pembaca. Tidak hanya itu, penulis juga membuat pembaca gregetan karena Eragon tidak kunjung menyerang Galbatorix dan harus melalui beberapa teka-teki. Tetapi meski begitu, pembaca tetap menikmati karena itu jadi saat-saat yang menegangkan.
Kalau kau melatih mereka—latihlah agar mereka tidak takut. Rasa takut memang baik dalam jumlah kecil, tapi jika terus-menerus menjadi kawan yang tidak mau pergi, rasa takut akan menggerogoti dirimu dan akan sulit berbuat sesuatu yang kauanggap benar.
Penulis juga membuat konflik mengenai Roran dan Lord Blast, manusia biasa melawan penyihir. Terjadi pertarungan sengit Roran dan kaum Varden melawan penyihir jahat itu yang tidak mudah dikalahkan, bahkan ratu elf berjuang keras melawannya. Lagi-lagi, ide penulis cukup menarik dengan membuat Roran mengatur strategi melawan Lord Blast.
Setelah pertarungan berakhir, Eragon mengunjungi makam Brom yang sebelumnya dibahas dalam novel Eragon (review baca di sini), mengajak Roran dan Katrina ke Ellesméra, dan menyatakan perasaan pada Arya. Namun, ending dari kisah ini lumayan menyedihkan. Loh kok begini? Ya, setelah perjuangan panjang, pertarungan sengit, Eragon bersama Saphira.... Hiks.
Novel ini sangat sangat direkomendasikan untuk penyuka cerita bergenre fantasi, misteri, thriller, historical, lengkap pokoknya, hanya saja tidak banyak romance.
Rate: 4.5/5
No comments: